Minggu

Posted by Liliyanto On 03.15

Seharusnya hari ini saya berteriak keras dan mengatakan kita seharusnya Mendapatkan sekolah yang Murah dan Bermutu, setiap anak bangsa tampa perduli harus menikmati fasilitas yang sama, pelayanan yang sama, dan pengetahuan yang sama. Entah siapa yang memulai, tapi yang jelas, sebagain besar anak bangsa masih belum merasakan itu. Entah siapa yang tidak perduli. Apakah guru-guru kita lebih banyak mengeluh gaji yang tidak cukup sehingga sibuk mencari penghasilan tambahan? atau orang tua yang miskin sehingga tidak mampu memberikan bayaran lebih kepada guru-gurunya? atau pemerintah yang sibuk memperkaya diri dan mempertahankan kekuasaan? atau kita sendiri yang tidak pernah berfikir apa itu mutu pendidikan, sejauh mana pentingnya pendidikan, atau bagaimana cara meningkatkan mutu pendidikan?
Nan jauh disana, banyak orang tua yang sudah bangga apabila mampu menyekolahkan anaknya. Dia tidak perduli, yang penting anaknya sekolah. Sejak pagi dia berangkat kerja, berjemur diteriknya matahari, bahkan berselimut embun dimalam hari. Untuk membelikan buku dan pensil anaknya, dia menjual telur ayam kampung dan memetik pucuk singkong, mencari enceng gondok dan kangkung di rawa-rwa, diikat dan dijual ke pasar. Dia bermimpi, enam tahun kemudian anaknya mendapat ijasah SD, tiga tahun kemudia dia lulus SMP, dan tidak lama lagi anaknya lulus SMA. Doanya sembari menatap harapan, dieluslah dadanya dengan penuh bangga, karena dia masih bisa memimpikan anaknya kelak tidak sama dengan dirinya.
Diambang senja yang mulai redup, apakah ada dihati kita memimpikan berjuta-juta anak bangsa mendapat fasilitas pendidikan, pelayanan, dan pengajaran yang memadai layaknya anak-anak dibelahan bumi lainnya, yang bergelimang kemudah dan pelayanan yang ramah, menyenangkan dan mendapatkan jaminan pelayanan minimam.
Tidak jauh disekitar kita, guru-guru kita pada sibuk mencari tambahan penghasilan. Datang terlambat adan pulang cepat. Mengajar pun tidak serius, karena yang tepikir hanya peluang uang yang bisa didapat hari ini. Mereka juga mempunyai masalah yang sama. Anak-anak mereka butuh biaya sekolah dan biaya hidup yang tidak jauh berbeda dengan dirinya. Lain lagi cerita-cerita aneh para guru yang sambil ngojek, jualan makanan keliling, tukang kredit bahkan jadi sales produk dengan pemasaran terbatas, hingga pemulung.
Kita juga melihat disekitar kita, banyak orang demo karena tidak puas dengan kebijakan pemerintah. Para pengambil keputusan pun bingung, mana yang harus diprioritaskan, karena ketika mau jadi pemimpin dia banyak janji-janji dan membeli suara. Tidak terpikir lagi rasionalitas. Yang penting janji terpenuhi dan modal kembali, TITIK.
Sekolah murah dan bermutu adalah harapan semua anak bangsa. 100 kebangkitan bangsa, yang kita peringati hari ini bukan sekedar ritual untuk mengenang jasa para pahlawan yang telah gigih memperjuangkan nasib bangsa ini. Akan tetapi jauh dari makna yang sebenarnya adalah bagaimana kita membuat kenyataan mimpi-mimpi para pahlawan yang gugur mendahuli kita.
Kadangkala saya mengeluh, siapa sih yang harus memikirkan pendidkan yang murah dan bermutu itu? apakah orang tua yang sibuk mencari biaya anaknya? atau guru dengan segala kekurangannya? atau pemerintah dengan segala permasalahannya? atau kita bersabar saja dan yakin, inilah yang terbaik buat kita walaupun ini keluh orang yang putus asa.
Kini saya haya dapat termenung diujung senja, melihat keceriaan anak bangsa, seraya bermimpi dan menhayal kapan bangsa ini sejahtera.....

0 komentar: