Minggu

Posted by Liliyanto On 04.25


MENGOPTIMALKAN PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN

Oleh :
Liliyanto, S.Pd., M.Pd
UPT Dinas Pendidikan Tenggarong Seberang
DISAMPAIKAN DALAM RAKOR KESRA DI KECAMATAN SEBULU
TAGGAL 2 SEPTEMBER 2013


A.   Latar Belakang
Isu pendidikan selalu hangat diperbincangkan dalam ranah public. Isu inidikemas dalam berbagai bentuk, sesuai dengan siapa, dimana dan kapan yang mengungkapkan dan diungkapkan. Bahkan dalam beberapa tahun terakhir masalah pendidikan selalu menjadi sorotan media, apalagi kalau sudah memasuki tahun ajaran baru dan menjelang akhir tahun ajaran. Hal ini cukup beralasan, karena, kesadaran bangsa ini sudah sampai pada suatu titik dimana, kesejahteraan, keamanan, kehormatan dan nasib negeri ini, diukur dari sejauh mana keberhasilan pendidikandi neger ini.
Seiring dengan kemajuan teknologi dan informasi, maka yang bisa menjawab hanya pendidikan. Karena pendidikan yang menyediakan sumberdaya manusia sebagai pennguna dan perancang kehidupan baik dalam sector ekonomi,politik dan social budaya. Maka tidak heran, jika paracalon Bupati, Gubernu, bahkan presiden sekalipun menebar janji untuk memajukan pendidikan di daerahnya maupun di negeri ini.
Pendidikan mempunyai peranan penting dalam peningkatan kualitas modal insani. Kesadaran akan pentingnya pendidikan sebagai proses mencerdaskan bangsa telah mendorong masyarakat untuk melakukan upaya perbaikan mutu. Ada tiga tantangan besar yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia pada saat ini. Pertama, sebagai akibat dari krisis ekonomi global yang belakangan jugamengancam Indonesia yang dtandai dengan melemahnya nilai tukar rupiah, dunia pendidikan dituntut untuk dapat mempertahankan hasil-hasil pembangunan pendidikan yang telah dicapai. Kedua, untuk mengantisipasi era global dunia pendidikan dituntut mempersiapkan sumber daya manusia yang kompeten agar mampu bersaing dalam pasar kerja local dan global. Perlu diketahui bahwa MDG's (Millenium Development Goals), yang saat ini di bawah Vietnam. Ia menuturkan, dahulu Indonesia pernah di atas Viernam, tetapi sekarang melorot di urutan ke-122, sedangkan Vietnam 75. Dan Pentingnya pendidikan, khususnya dasar bagi umat manusia juga telah diakui dunia internasional. Indonesia merupakan salah satu dari 189 negara anggota PBB yang menandatangani dan berkomitmen untuk pencapaian Millenium Development Goals (MDGs). MDGs ini memiliki 8 sasaran, salah satunya adalah pendidikan dasar untuk umum. Ketiga, seiring dengan desentralisasi atau otonomi daerah, perlu dilakukan perubahan dan penyesuaian sistem pendidikan nasional sehingga dapat mewujudkan proses pendidikan yang lebih demokratis, memperhatikan keberagaman kebutuhan/keadaan daerah dan peserta didik serta mendorong peningkatan partisipasi masyarakat lebih luas. Peran serta masyarakat tidak hanya bertumpu pada pembiayaan dan sumbangan pemikiran, akan tetapi jauh lebih luas adalah memberikan teladan dalam bentuk prilaku yang dewasa. Termasuk juga peran serta media massa yang mennayangkan tontonan sekaligus tuntunan buat kepada masyarakat.
Sementara permasalahan di sector pembangunan pendidikan antara lain, Peningkatan mutu pendidikan, rendahnya daya saing, pemerataan, efisiensi, relvansi, rendahnya peran serta masyarakat dan akuntabilitas penyelenggaraan pendidikan.  Khusus di Kutai Kartanegara, lebih sempit di Kecamatan Tenggarong Seberang kami melihat permasalahan pendidikan berfokus pada mutu pendidikan, relevansi pendidikan yang berdampak pada daya saing out put pendidikan, perluasan akses pelayanan pendidikan, peran serta masyarakat, dan akuntabilitas penyelenggara pendidikan.
Satu contoh, data tahun 2011 di Kecamatan Tenggarong Seberang menunjukkan, APK Tinkat SD 109% dengan APM 94%, APK SMP 46,23% dan APM 34%, sedangkan APK  tingkat SLTA 28% dan APM 19%. Data ini menunjukkan bahwa, jumlah anak usia sekolah di pada tingkat SD/MI sudah menunjukkan angka yang sangat memuaskan, akan tetapi ada tingkat menengah pertama dan sekolah menengah atas mulai ada penurunan secara signifikan. Dalam pengamatan kami, sebenarnya anak-anak di Tenggarong Seberang bukan tidak melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi, akan tetapi, sebagian besar anak-anak di Tenggarong Seberang yang lulusan SD atau SMP melanjutkan ke luar daerah, baik diluar kecamatan maupun kabupaten/kota, bahkan ke propinsi lain. Hal ini bisa dilihat dari angka melanjutkan pada sekolah SD yang mencapai 99,87%, SMP 97% dan SLTA mencapai 90%.
Apa yang terjadi di Kecmatan Tenggarong Seberang, kami mengidentifikasi permasalahan tersbut antara lain:
1.    Kualitas Pendidikan pada jenjang tersebut masih rendah sehingga orang lebih memilih ke Tenggarong atau Samarinda, bahkan ke pulau jawa yang dinilai disana pendidikannya lebih maju;
2.    Sarana dan prasarana pendidikan masih kurang memuaskan siswa, sehinggabanyak siswa yang kurang tertarik untuk sekolah di kampung halamannya;
3.    Akses menuju sekolah masih dirasa kurang aman dan nyaman untuk anak-anak. Seperti jalan, yang masih banyak rusak sehingga orang tua merasa khawatir saat anaknya menuju sekolah; dan,
4.    Lingkungan yang masih “belum kondusif”. Dalam hal ini, orang tua menilai, lingkungan di Tenggarong Seberang masih belum memungkinkan untuk mempengaruhi anak mempunyai jiwa dan krakter berkompetisi atau bersaing dengan menjawab tantangan hidup yang akan datang.
Dari empat permasalahan di atas intinya adalah berfokus pada pelayanan pendidikan yang masih kurang mendapat perhatian oleh semua pihak termasuk masyarakat. Sehingga berakibat pada rendahnya keparcayaan masyarakat terhadap institusi pendidikan itu sendiri.
Untuk menjawab tantangan itu semua, tidak ada jalan lain, kecuali memperbaiki pelayanan pendidikan, baik internal maupun external. Baik pada satuan penyelenggara pendidikan, mapun peran serta stakeholder dan juga masyarakat, yang muaranya adalah meningkatnya mutu pendidikan itu sendiri.


  1. Kajian Literatur

1.    Partisipasi Masyarakat
Partisipasi secara umum merupakan peran serta atau keikutsertaan/keterlibatan seseorang secara perseorangan atau berkelompok dalam suatu kegiatan. Conyer (1984) menjelaskan bahwa pendekatan dalam partisipasi masyarakat adalah adanya keterlibatan langsung masyarakat dalam proses pembangunan. Dalam rangka memperoleh hasil yang optimal, dikatakan oleh Mikkelsen (1999) bahwa dibutuhkan pendekatan yang mensinergikan potensi masyarakat. Pendekatan ini memerlukan perencanaan matang yang mendorong peran serta aktif masyarakat. Kerja sama dengan orang tua murid umumnya didefinisikan sebagai usaha para orang tua murid untuk mendukung kegiatan belajar-mengajar di sekolah dengan cara membantu belajar anak di rumah, mengawasi kegiatan anak di luar sekolah, berkomunikasi dengan anak tentang apa yang dipelajari di sekolah, menghadiri kegiatan-kegiatan sekolah yang sesuai, serta berkomunikasi dengan guru/staf sekolah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan partisipasi masyarakat melalui komite sekolah adalah bentuk-bentuk partisipasi, keterlibatan, atau dukungannya sebagai anggota masyarakat bersama-sama pihak sekolah baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah.
Salah satu wujud aktualisasinya dibentuklah suatu badan yang mengganti keberadaan Badan Pembantu Penyelenggara Pendidikan (BP3) yakni Komite Sekolah melalui Keputusan Menteri Pendidikan Nasional nomor 044/u/2002. Penggantian nama BP3 menjadi Komite Sekolah didasarkan atas perlunya keterlibatan masyarakat secara penuh dalam meningkatkan mutu pendidikan.
Salah satu tujuan pembentukan Komite Sekolah adalah meningkatkan tanggung jawab dan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan. Peran serta masyarakat yaitu sebagai kontributor, penyumbang (donatur) dan sebagai penunjang peningkatan mutu pendidikan. Dengan demikian tujuan pembentukan Komite Sekolah dapat mewadahi dan menyalurkan aspirasi serta prakarsa masyarakat dalam melahirkan kebijakan operasional dan program pendidikan di satuan pendidikan. Peranan Komite Sekolah juga merupakan wujud peran serta masyarakat untuk meningkatkan keterlibatan, kepedulian, kepemilikan, dan dukungan baik moral maupun finansial mutlak diperlukan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan.
Adapun fungsi Komite Sekolah yaitu untuk mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan yang bermutu. Selain itu komite sekolah juga melakukan kerjasama dengan masyarakat dan pemerintah berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan dan memberikan masukan, pertimbangan, ataupun  rekomendasi kepada satuan pendidikan mengenai kebijakan dan program pendidikan serta mendorong orang tua dan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan guna mendukung peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan, melakukan evaluasi serta pengawasan terhadap kebijakan, program, dan penyelenggaraan.
Adapun komposisi komite sekolah terdiri dari perwakilan dari orang tua siswa, masyarakat dan dunia usaha dan insdustri.
2.    Hakekat Mutu Pendidikan
Mutu pendidikan adalah konsep yang kompleks karena mutu pendidikan memiliki banyak dimensi, menyangkut serangkaian proses, dan menunjukkan berbagai indikator yang harus dijelaskan secara rinci. Oleh karena itu, mutu pendidikan hanya bisa dijelaskan melalui berbagai perspektif atau dengan kata lain tidak bisa dijelaskan hanya dengan menggunakan satu perspektif. Menurut Hawes dan Stephens (1990) bahwa quality berarti: relevance terhadap konteks, kebutuhan sekarang dan masa depan; efficiency dalam tatanan standar yang bisa dijabarkan dan dioperasionalkan; dan sebagai something special yang berada jauh di luar harapan normal suatu sekolah.
Adams (1993) mengatakan bahwa istilah efisiensi, efektivitas, obyektivitas, dan kualits telah seringkali digunakan secara bersamaan dalam membangun perspektif mutu pendidikan. Goldberg (1967) mendefinisikan mutu pendidikan sebagai "maximization" kinerja sistem sekolah dalam mencapai tujuan sekolah. Banyak sekolah menggunakan istilah mutu pendidikan sebagaimana yang tertera dalam visi dan misi sekolah. Mutu pendidikan di sekolah harus berisi beberapa unsur, yaitu: 1) kepemimpinan yang kuat dan visioner, 2) pembelajaran yang berkualitas, 3) standar yang jelas, asesmen, dan akuntabilitas, 4) sarana dan prasarana yang cukup, 5) partisipasi keluarga, dan 6) keterlibatan komunitas.
Begitu pula, UNICEF (2000) memerinci bahwa mutu pendidikan mencakup beberapa hal sebagai berikut: 1) Siswa yang sehat, tumbuh dengan baik dan siap untuk belajar, dan didukung dalam belajar oleh keluarga dan komunitas mereka; 2) Lingkungan yang sehat, aman, melindungi sensitivitas jender, dan sumber dan fasilitas yang memadai dan lengkap; 3) Isi atau muatan pendidikan yang direfleksikan dengan kurikulum yang relevan dan bahan-bahan bagi penguasaan keterampilan dasar, khususnya dalam bidang membaca, menulis, menghitung dan keterampilan untuk hidup, dan pengetahuan dalam bidang-bidang jender, kesehatan, nutrisi, perdamaian, dan pencegahan HIV/AIDS; 4) Proses pembelajaran melalui penggunaan pendekatan yang berpusat pada anak dalam kelas dan sekolah yang dikelola dengan baik dan asesmen yang dirumuskan dengan keterampilan tinggi untuk memfasilitasi belajar dan mengurangi perbedaan; dan 5) Hasil belajar yang mencakup pengetahuan, 
Atas dasar itu, pengertian mutu pendidikan harus terbuka terhadap perubahan dan evolusi yang berdasarkan pada informasi, perubahan konteks, dan pemahaman baru dari sifat tantangan pendidikan. Begitu pula, hasil-hasil riset baru dari riset multinasional sampai ke riset tindakan dalam tingkat kelas harus bisa memberikan kontribusi yang penting terhadap perumusan suatu definisi mutu pendidikan.
            Jadi pada dasarnya, mutu pendidikan memang tidak bisa dirumuskan secara tepat dan mutlak karena rumusannya akan tergantung pada seberapa luasnya dimensi dan perspektif yang hendak dijangkau dan siapa yang hendak merumuskannya. Misalnya, mutu pendidikan bagi orang tua yaitu apabila anak-anaknya naik kelas dan lulus ujian; mutu pendidikan bagi guru yaitu apabila kesejahteraannya terjamin; dan mutu pendidikan bagi kepala sekolah yaitu apabila sekolahnya terkenal di masyarakat dan peserta didiknya banyak yang diterima di tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Tetapi menurut hemat kami, intinya adalah mutu pendidikan dapat diukur dari perespktif ekonomi yaitu adanya kepuasan dari konsumen, baik orang tua, masyarakat, dan pemerintah.

  1. Pembahasan
Dia atas sudah disebutan bahwa indicator mutu pendidikan adalah adanya kepuasan dari pengguna jasa pendidikan itu sendiri. Akan tetapi serangkaian proses pencapaian mutu pendidikan tidak bisa serta merta dilakukan karena pendidikan (khususnya dalam satu institusi pendidikan) memiliki satu system yang saling terkait. Proses pencapaian mutu pendidikan mencakup: 1) mutu input: siswa; 2) mutu proses dan konteks: proses pencapaian mutu sekolah, proses pencapaian mutu pembelajaran, dukungan orang tua siswa, masyarakat dan dunia usaha; dan 3) mutu outcome: sekolah yang efektif dan hasil belajar yang bermutu sesuai dengan standar mutu.
Kalau kita melihat pada mutu proses kedua, maka salah satu pilar keberhasilan pendidikan adalah dukungan orang tua,  masyarakat dan dunia usaha, dalam hal ini bisa bebentuk moril amupun materiil. Dalam bentuk moril adalah, adanya kepercayaan orang tua dan masyarakat termasuk dunia usaha untuk mendorong lembaga pendidikan dengan melakukan pola kerja sebagai  berikut:
a)    Pola interaksi sekolah dan masyarakat akan bisa dilihat dari tiga indikator utama, yakni hubungan yang kooperatif, intensif, dan komunikatif. Kooperatif mengandung makna bahwa program sekolah harus melibatkan masyarakat, dan masyarakat dengan ikhlas pula mensupport program sekolah. Intensif dimaknai bahwa hubungan sekolah dan msyarakat bukan bersifat insidental/ sementara atau pada waktu tertentu saja, tetapi terbina secara berkesinambungan. Sedangkan, komunikatif artinya setiap program tersosialisasi dengan baik kepada semua unsur masyarakat. Pola hubungan yang komunikatif ini akan menghilangkan ketimpangan (seperti temuan penelitian) antara apa yang dirasakan oleh sekolah dan apa yang terjadi di masyarakat. Sekolah menganggap telah memberi kesempatan, telah mensosialisasikan semua programnya ke masyarakat, tetapi masyarakat masih menyatakan belum dilibatkan. Pertanyaan yang mungkin timbul bagaimana membina pola hubung-an ideal tersebut? Ada lima prasyarat yang harus dimiliki agar pola hubungan sekolah-masyarakat dapat terbina dengan baik. Pertama, sekolah dan masyarakat harus berani melakukan elaborasi tidak saling menunggu. Apa yang dipandang perlu oleh sekolah dikomunikasikan ke masyarakat dan sebaliknya. Kedua, program yang telah diluncurkan harus siap dimodifikasi, baik oleh unsur sekolah maupun oleh unsur masyarakat. Ketiga, kesiapan kedua belah pihak untuk melakukan modifikasi ke arah yang lebih baik akan mempermudah penerimaan (absorbtif) masyarakat. Keempat, penerimaan masyarakat dalam pola hubungan yang lebih baik sangat ditentukan pula oleh saling percaya yang tinggi, tidak saling mencurigai. Kelima, saling percaya yang terbina dengan baik akan menjadikan pola hubungan yang informatif dan mendukung peningkatan partisipasi semua unsur masyarakat terhadap pendidikan.
b)    Pola organisasi sekolah dan masyarakat dalam model kemitraan bersinergi harus ditopang dengan tiga indikator utama, kolektif, kesetaraan, dan transparansi. Pola organisasi kolektif bermakna bahwa semua organisasi masyarakat ikut berpartisipasi dalam program sekolah. Organisasi pemerintah, komite sekolah, LSM, dan organisasi lainnya di masyarakat merupakan satu kesatuan yang tidak jalan sendiri-sendiri. Sifat kolektivitas akan terbangun jika semua organisasi mempunyai kesetaraan baik dari segi kedudukan, peran dan fungsinya. Pola organisasi yang setara akan terwujud jika ada transparansi (keterbukaan) dari semua pihak. Sering rusaknya pola organisasi baik dari segi kolektivitas dan kesetaraan karena transparansi yang tidak tercipta pada setiap level organisasi. Ada tiga prasyarat utama yang harus terpenuhi untuk menciptakan pola organisasi masyarakat yang kolektif, setara, dan transparan, yakni kepemimpinan yang demokratis, pencitraan yang positif, dan akuntabilitas setiap kegiatan. Kepemimpinan yang demokratis akan memberikan kesempatan kepada semua unsur masyarakat untuk berpartisipasi dalam pola organisasi yang ada secara sukarela, dan hal tersebut memudahkan pertanggungjawaban publik (akuntabilitas) karena semua kegiatan berjalan sinergi dalam pola organisasi tanpa ada yang ditutup-tutupi. Dengan terciptanya akuntabilitas yang baik maka pencitraan sekolah yang positif dalam pandangan semua unsur masyarakat yang akan mendorong mereka berpartisipasi lebih baik.
c)    Pola kerja juga merupakan salah satu faktor penentu dalam model kemitraan bersinergi. Pola hubungan yang komunikatif dengan pola organisasi yang baik, tidak akan berjalan mulus jika pola kerja tidak tertata dengan baik. Ada tiga indikator utama pola kerja yang baik, yakni mutualistis, insisatif-kreatif, dan inovatif/originalitas. Pola kerja mutualistis mengandung makna bahwa kerjasama antara sekolah dan masyarakat harus saling menguntungkan. Sekolah akan merasakan partisipasi masyarakat bermanfaat bagi peningkatan mutu sekolah, dan masyarakat merasakan manfaat dari apa yang dihasilkan sekolah. Selanjutnya, inisiatif-kreatif sangat diperlukan untuk munculnya ide-ide baru yang mendorong peningkatan kinerja sekolah. Dengan adanya inisiatif yang kreatif sekolah akan terpacu terus mengikuti perkembangan yang berubah dengan cepat. Hal ini akan lebih optimal dengan semangat inovasi yang original, pembaharuan yang murni hasil kerjasama sekolah dan masyarakat. Pola kerja yang bersifat mutualistis penuh inisiatif yang kreatif dengan semangat inovasi yang mandiri memerlukan prasyarat yakni wawasan yang luas, kedewasaan, kejujuran, dan percaya diri. Wawasan yang luas sangat diperlukan munculnya pola kerja yang ideal. Makin luas wawasan pelaksana sekolah dan setiap unsur di masyarakat akan memudahkan munculnya ide-ide kreatif untuk diterapkan sebagai inovasi – original di sekolah. Wawasan yang luas harus ditunjang dengan kedewasaan melihat segala sesuatunya dari berbagai aspek dengan pertimbangan yang matang penuh perhitungan, dan kuncinya adalah kejujuran dalam melaksanakan setiap kegiatan yang telah ditetapkan. Terciptanya pola kerja yang ditunjang dengan wawasan yang luas, kedewasaan, dan kejujuran, akan menumbuhkan rasa percaya diri yang tinggi bagi sekolah dan setiap unsur masyarakat dalam mewujudkan tujuan yang ingin dicapai pada semua tingkat pendidikan.
Lalu bagaimana keterlibatan atau melibatkan orang tua, masyarakat, dan dunia usaha dan industry pada lembaga pendidikan untuk meningkatkan mutu pendidikan?
  1. Peran Serta Orang Tua
Keterlibatan orang tua selain sebagai bentuk kepedulian terhadap kemajuan pendidikan anak, juga sebagai bentuk partisipasi mereka dalam sistem manajemen sekolah. Anda tentu memahami benar, pada konsep MBS ini, orang tua dapat terlibat secara aktif mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan kemajuan dan perkembangan sekolah dalam mewujudkan akuntabilitas sekolah. Lalu, peran serta apa saja yang dapat diberikan orang tua demi kemajuan sekolah ? Peran serta itu dapat terjadi dalam pembelajaran, perencanaan pengembangan sekolah, dan pengelolaan kelas Sebagaimana kita ketahui, terdapat tiga komponen penting dalam pendidikan (trilogi pendidikan). Ketiganya meliputi keluarga, sekolah, dan masyarakat. Keluarga, dalam hal ini orang tua siswa, merupakan sumber pendidikan yang pertama dan utama. Dalam sehari semalam terdapat 24 jam, sedangkan pendidikan di sekolah hanya berlangsung sekitar 8 jam. Sisanya adalah pendidikan di luar sekolah yang menjadi tanggung jawab orang tua. Dalam konteks ini, orang tua berperan sebagai pengganti guru di rumah.
Orang tua dapat berperan serta dalam meyediakan dana, prasarana dan sarana  sekolah sebagai upaya realisasi program-program sekolah yang telah disusun bersama. Orang tua yang memiliki pendidikan, pengetahuan, dan keterampilan khusus dapat berperan serta dalam membantu sekolah seperti pada bidang proses pembelajaran, pengelolaan persekolahan, dan pengelolaan keuangan sekolah. Intinyaoang tua akan mau membantu sekolah jika pihak sekolah mampu berkomunikasi dengan baik. Apabila sekolah bersikap transparan, terutama dalam hal keuangan dan orang tua diikutsertakan dalam pembicaraan rencana sekolah, maka sudah semestinya orang tua merasa ikut memiliki sekolah. Oleh sebab itulah, pertemuan rutin dengan orang tua serta tokoh-tokoh masyarakat yang lain perlu ditingkatkan sekolah, sehingga masyarakat dan orang tua akan ikut memelihara dan membantu sekolah. Beberapa media lain yang dapat dimanfaatkan orang tua peserta didik untuk turut bertanggung jawab atas mutu pendidikan adalah melalui korespondensi surat atau telepon antara orang tua dengan sekolah, menyelengarakan pertemuan antara paguyuban orang tua kelas. Atau, sebagai bagian dari komite sekolah, orang tua terlibat dalam kegiatan program sekolah, home visiting, menghadiri rapat sekolah, dan mengikuti pameran/bazar di sekolah.
Orang tua dapat pula dilibatkan dalam program pembelajaran dan mengatasi kesulitan belajar peserta didik. Orang tua dapat membantu kesulitan siswa dalam bidang pelajaran tertentu di rumah untuk memberi penjelasan atau jika diperlukan mendatangkan guru les privat.Nah, dengan demikian, memberdayakan peran orang tua peserta didik itu merupakan bagian keterampilan komunikasi eksternal dari pihak sekolah. Tujuan hubungan sekolah dengan orang tua adalah saling membantu dan saling mengisi antara orang tua dan sekolah. Orang tua dapat menjadi potensi sumber dana sekolah, serta membina anak-anak terutama dalam pendidikan moral agar anak tercegah dari sifat dan perilaku yang kurang baik karena pengaruh lingkungan. Penjalinan hubungan sekolah dengan orang tua peserta didik dapat dilakukan melalui komite sekolah, pertemuan yang direncanakan atau saat penerimaan raport, sumber informasi sekolah dan sumber belajar bagi anak, serta secara bersama-sama memecahkan masalah
2.    Peran Serta Masyarakat
Masyarakat merupakan komponen utama terselenggaranya proses pendidikan. Kontribusi masyarakat di lingkungan sekolah perlu dioptimalkan sebagai upaya pemberdayaan dalam rangka mewujudkan visi dan misi sekolah dengan paradigm pendidikan yang baru. Masyarakat dapat memberikan sumbangsihnya  kepadasekolah dengan memberikan masukan-masukan terutama dalam penyusunan program-program sekolah.
Demikian juga dalam pelaksanaan program, dukungan masyarakat perlu dioptimalkan. Rencana Pengembangan Sekolah dibuat bersama-sama oleh sekolah dan masyarakat, disampaikan secara terbuka, diperbaharui setiap tahun, dandilaksanakan. Peningkatan peran serta masyarakat dapat dilakukan dalam bentuk peningkatan kondisi lingkungan sekolah yang mendukung pembelajaran anak. Untuk itu, sekolah perlu menggalang hubungan baik dengan masyarakat. Sekolah memiliki program-program yang perlu dipahami masyarakat, dan sekolah juga perlu mendengarkan  saran-saran dari masyarakat. Dengan hubungan yang baik antarasekolah dan masyarakat, terjalin persatuan antara guru dan orang tua yang secara bersama-sama dapat memenuhi kebutuhan pendidikan peserta didik dan peningkatan mutu belajar. Selain itu masyarakat dapat memantau dan menilai program-program sekolah agar tercipta transparasi dan akuntabilitas sekolah. Apabila jalinan antara sekolah dan masyarakat tercipta dengan baik, maka dukungan dan bantuanmasyarakat terhadap pemeliharaan dan peningkatan program sekolah pun akan kian terbuka.
Mengapa masyarakat harus terlibat dalam peningkatan mutu pendidikan disekolah? Salah satu di antaranya ialah adanya keterbatasan pemerintah dalam pengadaan sarana dan prasarana sekolah. Pendidikan yang baik tentu memerlukan pembiayaan yang tidak sedikit. Simpati masyarakat terhadap sekolah perlu dibangun agar masyarakat juga memberikan kontribusinya secara aktif dan optimal. Melalui keterlibatan masyarakat, maka kegiatan operasional, kinerja, dan produktivitas sekolah diharapkan dapat terbantu. Namun demikian, harus diingat bahwa peran serta, dukungan, dan simpati masyarakat terhadap peningkatan mutu pendidikan tidaklah datang dengan sendirinya. Sekolah perlu secara proaktif dan kreatif mengembangkan hubungan kerjasama yang harmonis dan sinergis dengan masyarakat.
  1. Peran seerta Dunia Usaha dan Industri
Dunia usaha dan dunia industri dapat dijadikan mitra sekolah sehingga demand approach dapat benar-benar dilaksanakan oleh setiap sekolah dalam hal perbaikan kualitas pendidikan. Dunia usaha dan industri merupakan salah satu stakeholders pendidikan, yang dapat menopang terjadinya pelaksanaan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Nah, peran serta dunia usaha dan industri dalam Manajemen atau pengelolaan pendidikan dapat diwujudkan dalam bentuk partisipasi penggalangan dana, pengadaan fasilitas sarana dan prasarana sekolah, penciptaan relasi eksternal yang dapat memberikan akses yang lebih luas dalam membangun hubungan sekolah dengan masyarakat, serta membantu pengembangan SDM pendidikan, khususnya yang berkaitan dengan teknik-teknik pengembangan mutu. Pemahaman tentang mutu dari dunia bisnis diaplikasikan dalam dunia pendidikan. Begitulah peran serta dunia usaha dan industri untuk turut serta dalam pengembangan mutu pendidikan melalui Manajemen sekolah.

  1. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa;
  1. Permasalahan pendidikan terletak pada mutu pendidikan, relevansi pendidikan yang berdampak pada daya saing out put pendidikan, perluasan akses pelayanan pendidikan, peran serta masyarakat, dan akuntabilitas penyelenggara pendidikan.
  2. Pengertian peran serta masyarakat (orang tua, masyarakat dan dunia usaha dan industry) adalah keterlibatan masyarakat dalam memberikan konstribusi pada lembaga pendidikan baik berupa moril maupun materiil. Sedangkan pengertian mutu mengacu pada hokum ekonomi yaitu kepuasan pengguna jasa pendididikan baik itu orang tua, masyarakat dan siswa itu sendiri.
  3. Langkah-langkah peranserta masyarakat meliputi pola interaksi, pola organisasi dan pola kerja. Dimana masyarakat dapat berpartisipasi sesuai dengan kapasitas dan kemampuannya.


Referensi:

Danim, Sudarwan. 2006. Visi Baru Manajemen Sekolah: Dari Unit Birokrasi ke Lembaga Akademik. Jakarta: Bumi Aksara.

Lightfoot, Sarah L. World Apart: 1978. Relationship between Families and Schools. New York: Basic Book

Patta Bundu :  Partisipasi Masyarakat dalam Pendidikan Dasar dan Menengah http://akhmadsudrajat.wordpress.com/
----oo0oo----


0 komentar: